Kenaikan harga kebutuhan pangan | PT Solid Gold BerjangkaInflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,86 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,38 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,35 persen; kelompok sandang sebesar 0,23 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,37 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,03 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,23 persen. Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 0,96 persen dan terendah terjadi di Sampit dan Bulukumba masing-masing sebesar 0,02 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 1,13 persen dengan IHK sebesar 127,31 dan terendah terjadi di Pematangsiantar sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 132,80. Dengan demikian, tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Mei) 2017 sebesar 1,67 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2017 terhadap Mei 2016) sebesar 4,33 persen. Angka ini naik dari inflasi April 2017 yang tercatat 0,09 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Mei 2017 sebesar 0,39 persen, yang disumbangkan oleh kenaikan harga kebutuhan pangan jelang periode Ramadhan, kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat. Bawang Putih dan Listrik Kerek Inflasi Mei 0,39% | PT Solid Gold Berjangka Adapun komoditas penyumbang inflasi pada bahan makanan a.l. bawang putih 0,08%, daging ayam 0,04%, dan komoditas lain seperti beras, daging sapi dan bawang merah dengan sumbangan 0,01%. Berdasarkan kelompok pengeluaran, kelompok yang memberikan andil terhadap inflasi terbesar kedua adalah perumahan, air listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,09% dan inflasinya 0,35%. Menurut Kepala BPS, besarnya andil kelompok tersebut disebabkan oleh penyesuaian harga tarif listrik golongan 900 VA. Dari komposisi inflasi Mei 2017, Suhariyanto menuturkan inflasi 0,39% terjadi karena kenaikan harga di seluruh kelompok pengeluaran, bahan makanan, makanan jadi, sandang, hingga transportasi dengan besaran yang berbeda. Inflasi Mei disebabkan oleh kenaikan bahan makanan dengan tingkat inflasi 0,86% dan andil 0,17%. Lebih lanjut, Kepala BPS memaparkan tekanan inflasi Mei 2017 inflasi ini lebih tinggi dibandingkan Mei 2016 0,24%. Inflasi ini, lanjutnya, lebih tinggi karena Mei 2017 sudah memasuki bulan Ramadan. "Membandingkan posisi Ramadan tidak tepat betul, karena Ramadan tahun lalu jatuh pada Juni," ungkapnya. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, dengan perkembangan tersebut, inflasi tahun kalender Januari-Mei 2017 sebesar 1,67% dan inflasi tahunan Mei 2017 sebesar 4,33%( year on year /yoy). Dari 82 kota yang dipantau BPS, IHK di 70 kota lainnya mengalami inflasi dan 12 kota deflasi. Adapun inflasi terbesar tercatat dialami Tual 0,96% dan inflasi terendah terjadi di Sampit dan Bulu Kumba masing-masing sebesar 0,02%. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, dengan perkembangan tersebut, inflasi tahun kalender Januari-Mei 2017 sebesar 1,67% dan inflasi tahunan Mei 2017 sebesar 4,33%( year on year /yoy). Dari 82 kota yang dipantau BPS, IHK di 70 kota lainnya mengalami inflasi dan 12 kota deflasi. Adapun inflasi terbesar tercatat dialami Tual 0,96% dan inflasi terendah terjadi di Sampit dan Bulu Kumba masing-masing sebesar 0,02%. ( Baca : Bawang Putih Jadi Biang Kerok Terjadinya Inflasi Mei ) Bawang putih hingga listrik memicu inflasi Mei | PT Solid Gold BerjangkaKelompok sandang, mengalami inflasi 0,23% dengan andil 0,01% karena kenaikan harga pada baju muslim wanita. Kelompok kesehatan mengalami inflasi 0,37% dengan andil 0,02% karena kenaikan tarif rumah sakit. Selain itu, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan inflasi 0,23% dan andil 0,04% karena kenaikan bensin pertamax dengan andil 0,03% dan tarif angkuan udara 0,02%. Tetapi ada deflasi tarif pulsa ponsel dengan andil 0,01%. Dengan perkembangan tersebut, inflasi inti tercatat sebesar 0,16 dan 1,33% YoY. Inflasi administered prices 0,69% dan 5,59% YoY. Sementara inflasi volatile food 0,91% dan deflasi 0,83% YoY. Penyumbang inflasi terbesar kedua, yaitu pada kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,35% dengan andil 0,09%. Hal ini terutama karena kenaikan tarif listrik prabayar 900 volt ampere (VA). Kemudian, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau dengan inflasi 0,38% dan andilnya 0,06%. Inflasi kelompok ini disumbang oleh inflasi nasi dengan lauk pauk, rokok kretek, dan rokok kretek filter. Tetapi ada juga komoditas yang mengalami deflasi, yaitu gula pasir karena ada ketentuan harga eceran tertinggi untuk tiga komoditas. Inflasi bahan makanan, terutama terjadi karena kenaikan harga bawang putih. "Bawang putih menyumbang (andil) inflasi 0,08%. Tetapi ini pergerakan bulanan. Perkembangan mingguan, di minggu keempat harga bawang putih mulai turun. Minggu kedua ketiga naik, kemudian ada intervensi," kata Kepala BPS Suhariyanto, Jumat (2/6). Komoditas lainnya yang mengalami kenaikan harga yaitu telur ayam, daging ayam, beras, daging sapi, dan cabai merah. Namun BPS juga mencatat sejumlah komoditas yang mengalami penurunan harga, seperti cabai rawit, bawang merah, dan tomat sayur. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi Mei 2016 sebesar 0,39% atau 4,33% year on year (YoY). Inflasi tersebut disumbang oleh seluruh kelompok, dengan pendorong terbesar adalah kelompok bahan makanan. Setelah mengalami deflasi tiga bulan berturut-turut sejak Februari hingga April 2017, bahan makanan bulan ini mengalami inflasi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 0,86%. Andil inflasi bahan makanan juga menjadi andil terbesar sebesar 0,17%. Solid Gold Categories
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
April 2017
All
NETWORKS
|