Wartawan senior sekaligus pejuang pers nasional Herawati Diah meninggal dunia pada usia 99 tahun, Jumat (30/9/2016) pukul 04.20 WIB di Rumah Sakit Medistra, Jakarta. Herawati tutup usia di usia 99 tahun. Sekretaris pribadi yang juga keluarga Herawati Diah, Damayanti mengatakan, sebelum meninggal almarhumah sempat dirawat di rumah sakit sejak 29 Agustus 2016.
Selanjutnya bergabung sebagai penyiar di radio Hosokyoku. Pada tahun 1955, Herawati dan suaminya mendirikan The Indonesian Observer, koran berbahasa Inggris pertama di Indonesia. Koran itu diterbitkan dan dibagikan pertama kali dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat, tahun 1955. The Indonesian Observer bertahan hingga tahun 2001, sedangkan koran Merdeka berganti tangan pada akhir tahun 1999. Hasta Dasa Guna, Women's International Club | PT. Solid Gold Berjangka Cabang Semarang Lepas dari Europeesche Lagere School (ELS) di Salemba, Jakarta, Herawati bersekolah ke Jepang di American High School di Tokyo. Setelah itu, atas dorongan ibunya, Herawati berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar sosiologi di Barnard College yang berafiliasi dengan Universitas Columbia, New York dan lulus pada tahun 1941. Ia pulang ke Indonesia pada 1942 dan kemudian bekerja sebagai wartawan lepas kantor berita United Press International (UPI). Selain aktif di dunia pers, Herawati juga aktif di sejumlah organisasi seperti Yayasan Bina Carita Indonesia, Hasta Dasa Guna, Women's International Club, Gerakan Pemberdayaan Swara Perempuan, Lingkar Budaya Indonesia, Yayasan Bina Carita Indonesia. Sederet penghargaan juga telah diraihnya, termasuk "Lifetime Achievement" atau "Prestasi Sepanjang Hayat" dari PWI Pusat. Di usianya yang sudah senja, Herawati masih aktif menekuni hobinya bermain bridge dua kali seminggu. Bahkan, ia masih mengikuti turnamen bridge. Ia mengaku dengan bermain bridge, kemampuan otak akan terus terasah dan mencegah kepikunan. Herawati adalah istri dari tokoh pers BM Diah yang bekerja di Koran Asia Raya dan pernah menjabat Menteri Penerangan. Bersama sang suami pada 1 Oktober 1945, Ia mendirikan Harian Merdeka. Semasa hidupnya, ia berkesempatan mengecap pendidikan tinggi. "Beliau meninggal karena usia yang sudah sepuh. Sedangkan secara medis karena terjadi pengentalan darah," kata Damayanti. Saat ini jenazah sudah disemayamkan di rumah duka Jalan Patra Kuningan No. 10, Kuningan, Jakarta Selatan. Herawati Diah lahir pada 3 April 1917 di Tanjung Pandan, Belitung, putri dari pasangan Raden Latip, seorang dokter yang bekerja di Billiton Maatschappij, dan Siti Alimah. Wartawati Senior Herawati Diah Meninggal | PT. Solid Gold Berjangka Cabang Semarang Herawati lahir di Belitung pada 3 April 1917 (99 tahun). Herawati merupakan istri almarhum tokoh pers Indonesia, BM Diah. Herawati menikah dengan BM Diah yang saat itu bekerja di koran Asia Raya. Lalu, pada 1 Oktober 1945, BM Diah bersama Herawati mendirikan Harian Merdeka. Pasangan pejuang pers ini juga mendirikan Mingguan Merdeka (1947), Majalah Keluarga (1952), koran berbahasa Inggris, Indonesian Observer (1955), majalah berita Topik (1972). Semua penerbitan ini bernaung di bawah Grup Merdeka. Herawati pernah memperoleh penghargaan dari Anies Baswedan saat masih menjabat menteri pendidikan dan kebudayaan. Herawati adalah salah satu dari 14 tokoh yang berjasa pada program-program United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) di Indonesia. Wartawati senior Indonesia, Herawati Diah, Jumat (30/9), meninggal dunia. Almarhumah mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Medistra, Jakarta, pukul 04.20 WIB. Pada 1942, Herawati pulang ke Indonesia dan bekerja sebagai wartawan lepas kantor berita United Press International (UPI). Kemudian bergabung sebagai penyiar di radio Hosokyoku. Herawati mengenyam pendidikan tinggi di Europeesche Lagere School (ELS) di Salemba, Jakarta. Setelah itu, ia belajar di American High School di Tokyo, Jepang. Almarhumah juga belajar sosiologi di Barnard College, Amerika Serikat. PT Solid Gold Berjangka
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
April 2017
All
NETWORKS
|